Gerakan Literasi Sekolah
Sebagai Upaya Menumbuhkan Budi Pekerti Siswa
Mulyati,
M. Pd
Guru
SD Negeri 113 Pekanbaru
Badan PBB menangani bidang pendidikan “Unesco”
mencatat, dari seribu orang Indonesia, hanya satu yang gemar membaca. Hal
tersebut merupakan ancaman bagi generasi muda.bangsa Indonesia. Berlandaskan
permasalahan tersebut maka pemerintah menanggapi hal ini dengan mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah
yang merupakan program untuk membudayakan membaca dan
menulis. Gerakan
Literasi Sekolah ini diprogramkan untuk menanggulangi
bangsa Indonesia yang buruk dalam hal membaca. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 dengan tujuan memperkuat budi
pekerti siswa. Sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang
bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta
pembelajaran sepanjang hayat. Sebagai
implementasi dari dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945, yaitu tujuan negara yaitu
mencerdaskan bangsa dan UU No.20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Gerakan Literasi Sekolah ini merupakan upaya menyeluruh yang
melibatkan semua warga sekolah baik guru, peserta didik, orang tua/wali murid,
dan masyarakat, sebagai bagian dari pendidikan sehingga membutuhkan dukungan dari
berbagai elemen yang saling bersinergi. Sekolah
berperan penting dalam mengembangkan kreativitas siswa dan guru untuk
mendongkrak literasi. Gerakan Literasi Sekolah tidak sekadar rutinitas, tetapi
gerakan literasi yang melahirkan karya nyata dari siswa dan guru. Sekolah dapat
mengembangkan keunggulan dalam literasi yang dimulai dari membaca hingga
menulis dan menghasilkan karya tulis baik berupa puisi, cerpen, dongeng, karya
tulis ilmiah dan lain-lain.
Dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
yang dikembangkan sebagai perwujudan Kurikulum 2013 adalah melakukan pembiasaan
membaca buku, selain buku pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
Dengan Gerakan Literasi Sekolah ini, diharapkan siswa terbiasa untuk membaca.
Selanjutnya, dapat mengambil nilai-nilai moral dari buku yang dibaca. Kegiatan rutin ini dilaksanakan
untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan
membaca. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal,
nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Apakah
hanya sebatas itu? Tidak, Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis,
namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan
dalam bentuk cetak, visual, dan auditori.
Paling
tidak, semangat ini diusung Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mewujudkan Smart
City Madani, dengan adanya Perpustakaan Kota Pekanbaru, dengan adanya
Gerakan Menberdayakan Minat Baca (GPMB).
Di sini, perpustkaan tidak hanya menyediakan perpustakaan dengan fasilitas
buku-buku yang menarik dan desain ruangan perpustakaan yang ramah dan nyaman,
tetapi pembelajaran di sekolah pun dimanfaatkan untuk meningkatkan literasi
siswa dengan adanya kunjungan ke sekolah-sekolah di Pekanbaru.
Pada abad ke-21 literasi menjadi keniscayaan dan
keharusan. Kompetensi literasi yang baik akan menghambat ancaman berita yang
tidak jelas, sehingga masyarakatpun jadi tidak mudah terprovokasi berita palsu.
Hal ini mendorong mereka terus terinspirasi untuk menulis. Salah satu
bentuk dari Gerakan Literasi Sekolah adalah membuat strategi
pembelajaran dengan cara menumbuhkan semangat membaca dalam setiap mata
pelajaran. Salah satu sumber belajar yang digunakan adalah buku pengayaan dan
siswa diwajibkan membaca buku tersebut untuk menemukan konsep-konsep
pembelajaran sebelum guru menjelaskan materi. Metode
pembelajaran yang digunakan memberi
dorongan menulis kepada siswa karena
para guru memberi inspirasi bagi siswa untuk terus menulis. Pendidik dapat mengembangkan metode pendidikan
yang membuat siswa harus proaktif mencari literatur, tidak hanya di internet,
tetapi juga melalui buku-buku bacaan di perpustakaan.
Gerakan Literasi Sekolah diharapkan
mengubah sistem pembelajaran yang terlanjur mengakar. Siswa menunggu guru
datang sambil bermain, guru ceramah, siswa mengerjakan soal, dan memberikan
pekerjaan rumah. Indonesia dapat dikatakan darurat membaca. Hal tersebut sangat
mengkhawatirkan masa depan bangsa. Dengan membaca siswa akan menemukan berbagai
pengalaman baru yang belum didapatkan sebelumnya. Banyaknya pengalaman tersebut
membuat ilmu bertambah, empati meningkat, dan sikap yang lebih bijaksana. Semoga, dengan adanya GLS ini peserta didik
menjadi penulis-penulis handal, dan
dapat mengubah peradaban dengan tulisannya. (Mulyati,
M. Pd)
0 comments:
Post a Comment