Welcome di Mentari Sago, kumpulan artikel pendidikan dan sastra baik berupa cerpen, puisi dan lain-lain

Saturday, 27 January 2024

Inilah Kekayaan yang Sebenarnya

 

Orang kaya, ketika kita mendengar tentang orang kaya, yang pertama kali terlintas di benak kita adalah orang-orang yang punya banyak uang, banyak harta, banyak warisan dan tentu saja hidup di sekitar banyak fasilitas mewah. Punya mobil mewah, rumah indah, dan memiliki pendapatan atau gaji tinggi. Inilah yang kita bayangkan ketika kita memandang “siapa yang kaya?”

Setiap orang bermimpi menjadi orang kaya, yang terlintas pertama kali di benak kita adalah kita harus mempunyai uang yang banyak agar bisa membeli berbagai fasilitas mewah dalam hidup yang menjadi tolak ukuran kekayaan pada masyarakat saat ini. Pandangan ini terkesan terlalu materialistis, tapi, inilah yang terjadi. Berangkat dari fenomena di atas,muncul pertanyaan  dalam diri sendiri: Apa hakikat kekayaan? Mungkinkah kekayaan itu ada banyak jenisnya?



Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda; 

“Bukanlah kekayaan itu kaya harta, tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan jiwa.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi Juz 4 : 2373. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ : 5377)

Coba kita cermati, ada dua khazanah yang disebutkan dalam redaksi hadis di atas. Dua macam kekayaan itu adalah harta dan hati. Karena pada hakikatnya nampaknya semua macam atau tipe kekayaan yang ada berasal dari kedua jenis kekayaan tersebut. Kalau dilihat dari jenis kekayaannya, kekayaannya harus moderat, dan kekayaan batinnya harus sekaya mungkin.

Oleh karena itu, keberlimpahan batin harus diutamakan. Kaya hati dan memiliki berbagai sifat mulia. Kaya hati dan baik budi pekertinya. Seperti hati yang sabar, mau jujur, amanah, toleran, dermawan, rendah hati, qanaah, kauf dan raja', serta hati yang senang membawa kebahagiaan bagi saudara-saudaranya.

Maka kekayaan sejati terletak pada hati yang dipenuhi sifat-sifat terpuji, bukan hanya pada penguasaan kekayaan dalam jumlah besar. Jika hatinya juga baik, maka hartanya akan digunakan untuk amal shaleh. Hatinya selalu dipenuhi kecemasan dan ketakutan akan kehilangan harta benda. Oleh karena itu, jika ukuran kekayaan hanya berupa harta benda tanpa ada kekayaan hati, maka sungguh ia berada dalam keadaan yang menyedihkan bisa berujung pada azab Allah dan jauhnya rahmat-Nya.

Biarkan kekayaan cukup. Selama kamu punya cukup harta di tanganmu, jangan biarkan itu masuk ke dalam hatimu. Lalu, jika harta itu hanya ada di tangan, maka tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Sebab jiwa harus diperkaya dan disucikan dengan akhlak yang tinggi. Jadi, jika kita melihat lebih luas lagi pertanyaan tentang kekayaan, sebenarnya ada beberapa jenis kekayaan. Setidaknya ada lima macam kekayaan, yaitu: kaya pikiran, kaya ilmu, kaya karya, kaya teman, dan terakhir kaya harta. Kekayaan didahulukan, kekayaan datang kemudian.

Jika seseorang mempunyai hati yang baik, maka ilmunya akan bertambah (kelimpahan ilmu). Sebab dia akan rajin mencari ilmu. Jika ilmunya bertambah, maka ia akan semakin bermanfaat bagi orang lain melalui berbagai karyanya (karya yang kaya). Jika orang itu semakin banyak membawa manfaat bagi orang lain, maka semakin banyak pula orang yang menyukainya, sehingga temannya pun akan bertambah (semakin kaya teman). Terakhir, Allah akan memudahkan jalannya untuk bertahan hidup karena koneksi sosial yang luas. Salah satu bentuknya adalah kekayaan (kelimpahan kekayaan) yang diberikan kepadanya.

Jadi intinya, Anda tidak bisa asal mencari harta karun saja, Anda harus mencarinya terlebih dahulu. Karena jika kita melakukannya kita tidak akan kaya jiwa, pengetahuan, pekerjaan, dan teman. Semuanya harus dilakukan secara berurutan sesuai nasehat agama. Subhanallah. Jika kita melihat hadis Nabi di atas, sebenarnya inilah yang harus kita cari, terkait dengan hakikat kekayaan.

Singkatnya, kekayaan bukanlah materi, juga bukan sekadar properti. Padahal ada baiknya kita mempunyai kekayaan yang cukup. Tapi ini bukanlah kekayaan yang sesungguhnya. Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji. Sekali lagi, yang penting adalah hati, bukan materi. Terakhir, sebagai saran, umat Islam harus kaya. Namun kekayaan yang harus dikejar terlebih dahulu bukanlah kekayaan harta melainkan kekayaan jiwa. 

Semoga ini bermanfaat.


0 comments:

Post a Comment