Perkembangan Anak SD
Anak SD merupakan anak dengan
katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun
fisik. Adapun perkembangan anak SD dengan usia yang berkisar antara 6 – 12
tahun meliputi :
Gambar by Mulyati Umar |
1.
Perkembangan Fisik Siswa SD
Menurut Seifert dan Haffung perkembangan fisik siswa SD mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Rata‐rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki‐laki.
Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan. Menjelang awal kelas enam umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.
Akhir kelas lima pada umumnya anak
perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai
tumbuh cepat.
2.
Perkembangan Bahasa Anak SD
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar.
Mereka belajar tidak hanya untuk
menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk
penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis,
yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk komunikasi.
a.
Perkembangan bicara
Berbicara merupakan
alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara
dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak menggunakan kemampuan
bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-mata sebagai bentuk latihan
verbal.
b.
Minat membaca
Sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang
ceritera-ceritera khayal seperti misalnya karya Anderson dan Grimm. Sedangkan,
pada usia 10-12 tahun perhatian membaca mencapai puncaknya. Materi bacaan
semakin luas. Dari kegiatan membaca inilah anak memperkaya perbendaharaan kata
dan tata bahasa sebagai bekal untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang
lain.
Perkembangan Bahasa Anak Usia 1-12 Tahun.
Usia 1-2 Tahun: tahap mengoceh, tahap satu kata, tahap dua kata.
Contoh: /aaa/, /ma ma/ Tahap ini disebut tahap ponologis, karena pada tahap ini
anak (bayi) baru menirukan bunyi-bunyi bahasa yang didengarnya. Alat Berbahasa
yang Dibawa Sejak Lahir Hipotesis dari Chomsky (1965): setiap orang sejak lahir
diperlengkapi dengan seperangkat peralatan yang memungkinkannya memperoleh B1
(bahasa ibu), (dan bahasa lain yang kemudian dipelajarinya). Chomsky menamainya
dengan nama LAD (Language Acquisition Device=peralatan pemerolehan bahasa).
Usia 2-6 Tahun: tahap tiga kata & tahap kalimat. Contoh: /mama mam/, /papa bo/, /ma bli bola/, /ema lagi ke pasar/ Tahap ini disebut tahap sintaktik, karena pada tahap inilah anak mulai menyadari adanya aturan tata bahasa.
Usia 6-9 Tahun: tahap kalimat 3-8 kata. Contoh: /Ibu guru ada di kelas./
Usia 9-12 Tahun: tahap kalimat 6-12 kata.
Contoh: /Rina nangis karena pensilnya diambil Iwan. Tahap ini disebut tahap
semantik, karena pada tahap ini anak memahami adanya hubungan kata dengan
maknanya. Anak juga makin mampu berkomunikasi dengan kosakata dan kalimat yang
makin lengkap.
3.
Perkembangan Moral Anak SD
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya.
Perkembangan moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi
anak. Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi
anak.
Menurut Piaget, antara usia 5-12 tahun konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk.
Piaget berpendapat bahwa anak yang
lebih muda ditandai dengan moral yang heteronomous sedangkan anak pada usia 10
tahun mereka sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas
autonomous.
Kohlberg menyatakan adanya 6
tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan,
yakni tingkatan:
- Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buruk, benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan.
- Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak perduli apapun akan akibat-akibat langsung yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member justifikasi pada ketertiban.
- Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.
Pikiran moral cepat maju melalui serangkaian tahap- tahap perkembangan anak Piaget. Tahap penentuan akhir dari suatu keputusan nilai moral yang dipilih sendiri.
Postconvensional (usia 13 tahun ke atas) diupayakan untuk memenuhi harapan keluarga. Tahap proses pemahaman dalam memperhatikan hukum dan peraturan yang didasarkan aturan yang berlaku.
Convensional (usia 10-13 thn) dimulai dengan pemikiran preconvesional di mana anak patuh. Preconvensional (usia 4-10 thn)
4.
Perkembangan Keagamaan Anak Sd
Pada masa ini kesadaran beragama
anak ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Sikap keagamaan anak masih bersifat reseptif namun sudah disertai dengan
pengertian.
b.
Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan
kaidah-kaidah logika yang berpedoman kepada indikator-indikator alam semesta
sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c.
Penghayatan secara rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual
diterimanya sebagai keharusan moral.
5.
Perkembangan Emosi Anak SD
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini
juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang.
Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama
dengan masa sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati,
gembira, sedih, dan kasih sayang. Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir:
a.
Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa
menit dan sifatnya tiba-tiba.
b.
Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau
sedang bersendau gurau.
c.
Emosi anak mudah berubah.
d.
Emosi anak nampak berulang-ulang.
e.
Respon emosi anak berbeda-beda.
f.
Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
g.
Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.
h.
Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional.
6.
Perkembangan sosial Anak SD
Maksud perkembangan sosial ini
adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social anak dipengaruhi oleh
keluarga, teman sebaya dan guru.
1)
Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi
perkembangan fisik, psikis dan social anak. Dengan bermain anak berinteraksi
dengan teman main yang banyak memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain
secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk
berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesame teman.
2)
Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh
pada perkembangan sosial baik yang bersifat positif maupun yang negatif.
Pengaruh positif terlihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan harga
diri. Pengaruh negatif membawa dampak seperti merokok, mencuri, membolos,
menipu serta perbuatan antisosial lainnya.
Pemanfaatan Perkembangan Bahasa, Emosi dan sosial Anak SD
Implikasi terhadap tentang perkembangan bahasa anak SD dan keuntungan serta kerugian anak-anak, maka hal yang lebih penting memikirkan bagaimana menciptakan pengajaran agar sesuai dengan perkembangan anak usia tersebut.
Pertimbangannya adalah apapun mata pelajarannya selama tetap memperhatikan kepentingan dan perkembangan anak, maka dampak psikologis yang menjadi kekhawatiran sebagian kalangan yang tidak setuju terhadap pengajaran bahasa di SD dapat diantisipasi, karena Piaget tidak menunjuk mata pelajaran apa yang layak dan tidak layak untuk anak usia SD.
Dengan demikian masalahnya bukan pada jenis bahasa Inggrisnya sendiri, akan tetapi harus lebih memperhatikan pada bagaimana menciptakan pengajaran bahasa asing sebagai bahasa kedua untuk anak-anak usia SD yang sesuai perkembangan taraf berpikir mereka.
Apabila yang menjadi perhatian orang tua atau institusi
pendidikan pada aspek anak didiknya dalam pendidikan anak-anak, maka
konsekuensi logisnya orang tua atau institusi harus memperhatikan perkembangan,
kebebasan bereksplorasi, aktivitas, kreativitas, kekayaan pengalaman,
kebutuhan, kemampuan, serta perbedaan.
Pendapat Johnson & Newport tersebut menunjukkan bahwa anak-anak belajar bahasa lebih efektif karena faktor neurologis. Orang yang lebih tua mungkin struktur otaknya tidak seperti plastik dan mungkin tidak dapat mereorganisasi dalam sistem bahasa yang baru. Demikian pula anak-anak yang lebih muda mungkin tidak segan dan tidak malu untuk mencoba kalimat meskipun mungkin tidak benar.
Kemampuan berbahasa dipengaruhi oleh age at arrival efect, yaitu usia seseorang saat mulai mempelajari bahasa tersebut. Kemampuan bahasa seseorang juga sangat terkait dengan gengsi. Oleh karena itu, Matlin (1994:326) berpendapat bahwa tingkah laku merupakan faktor penting dalam kemampuan berbahasa, (bilingualism associated with prestige. Attitude are an important determinant of bilingual skills).
Teori kognitif Piaget telah memberikan dampak besar pada teori dan praktik pendidikan. Teori tersebut telah mengilhami dunia pendidikan untuk merancang lingkungan, kurikulum, materi, dan pengajaran yang sesuai dengan perkembangan berpikir anak-anak.
1.
Bahwa
anak-anak belajar bahasa lebih efektif karena faktor neurologis. Sehingga
mempelajari bahasa Inggris pada usia di sekolah dasar merupakan hal yang tepat.
2.
Bahwa
tidak ada salahnya anak-anak mempelajari bahasa sebagai bahasa kedua di sekolah
3.
Bahwa
kerugian anak yang bilingual jauh lebih sedikit daripada keuntungan dengan
menguasai lebih dari satu bahasa.
4.
Anak-anak
memperoleh bahasa melalui exposure dengan cara melihat, merasa, meraba,
mendengar dan menyaksikan penggunaan bahasa tersebut.
5.
Teori
kognitif Piaget telah memberikan dampak besar pada teori dan praktik
pendidikan. Dan telah mengilhami dunia pendidikan untuk merancang lingkungan,
kurikulum, materi, dan pengajaran yang sesuai dengan perkembangan berpikir
anak-anak.
6.
Memfokuskan
pada proses berpikir anak, tidaksekedar pada produknya. Tugas guru merancang
dan menerapkan metode mengajar yang sesuai denganperkembangan anak dan
memberikan kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman yang sesuai dengan
perkembangan kognitif anak saat itu.
7.
Ada
pengenalan dan pengakuan terhadap inisiatif dan keterlibatan aktif anak-anak
dalam kegiatan pembelajaran. Anak-anak yang mendapat kesempatan untuk mengenal
dunia mereka dan mengalami sendiri apa yang terjadi dalam dunianya, tentu harus
memperoleh pengakuan dan penghargaan dari guru.
Ciri-ciri Khas Anak Usia Sekolah Dasar
Ciri-ciri khas anak usia sekolah
dasar segabai berikut :
1.
Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
2.
Suka memuji diri sendiri
3.
Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan
itu dianggap tidak penting
4.
Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan
dirinya
5.
Suka meremehkan orang lain
6.
Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
7.
Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
8.
Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
9.
Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya
di sekolah
10.
Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain
bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
2. Kematangan
sekolah
Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.
Kematangan merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan
penyesuaian struktur pada diri individu seperti adanya kematangan
jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan
biologis. Kematangan pada aspek meliputi keadaan berfikir, rasa, kemauan, dan
lain-lain.
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah. Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7 tahun.
Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
1.
Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak seperti
matematika dan angka-angka.
2.
Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.
3.
Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir rambut
sendiri, mengikat tali sepatu serta menyisir rambut dengan benar.
4.
Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan mendengarkan
pelajaran daripada masa sebelumnya, walaupun mereka lebih senang melakukan
kegiatan fisik.
Daftar Pustaka
Hamidi, 2009. Filsafat Pendidikan, Pekanbaru: Cendikia Insani
Pekanbaru
Penney Upton, 2012. Psikologi
Perkembangan, Jakarta: PT Gelora Aksara Pertama.
Syahrilfuddin, Mahmud
Alpusari, 2009. Psikologi Pendidikan,
Pekanbaru : Cendikian Insani
Singgih D Gunarsa, 2012. Dasar-Dasar
dan Teori Perkembangan Anak,Jakarta: Penerbit Libri
Yeni Rachmawati, Euis Kurniati,
2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Prenada Media Group
Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, Jakarta, Kencana